Pages

Senin, 20 Januari 2014

Selalu ada Pilihan - buku oleh SBY

Buku oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjudul "Selalu ada Pilihan" diluncurkan pada hari Jumat (17/1/14) di Jakarta. Bercerita mengenai refleksi beliau sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, buku setebal 824 halaman ini dinyatakan bukan buku teks, bukan analisis kritis yang ilmiah, bukan memoar politik atau otobografi meski ditulis oleh sang presiden sendiri, dan juga tidak berisi kiat memenangi pemilihan presiden.


Wakil Pemimpin Umum Kompas St Sularto yang mewakili Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama menganggap kenyataan buku yang diluncurkan ketika menjabat adalah membanggakan karena menjadi incumbent (petahana) yang menulis sendiri yang dilakukan sehingga diharapkan bermanfaat untuk pembelajaran, berbagi pengalaman bagi penggantinya.

Satu hal yang menarik adalah pernyataan Bapak Presiden "Saya berpandangan hidup ini adalah pilihan. Ingin jadi apa adalah pilihan masing-masing. Puncak kebebasan adalah memilih." Bagian pertama bahwa hidup ini adalah pilihan tidak dapat saya terima sepenuhnya, karena pada banyak kesempatan, meski seseorang memilih, kenyataan yang berlangsung tidak seperti pilihan yang sudah dipilih.

Menurut saya, yang benar dikatakan adalah bahwa hidup dipenuhi dengan pilihan-pilihan dan adalah hak serta kewajiban kita untuk memilih dari pilihan yang ada. Satu pilihan membawa kita pada pilihan lainnya dan begitu seterusnya hingga saat kita tak lagi punya pilihan, seperti efek bola salju yang akhirnya menghantam sesuatu.

Frase kedua "puncak kebebasan adalah memilih" agak sulit diterima bagi mereka yang "tak punya pilihan". Bila seseorang dalam kondisi miskin dan "tak punya pilihan" makan ayam atau tempe, maka saya jadi berpikir "apakah orang tersebut tidak berada puncak kebebasan" atau "apakah puncak kebebasan ini pernah dialami semua orang?" Pemikiran yang membawa pada beragam pemikiran lainnya. Tentu saja dalam kasus ini pun, orang miskin tersebut bisa memilih antara tempe, tahu, telur, dan lain sebagainya asal budget setara. Meski bila menghadapi pilihan membayar biaya keperluan sekolah anak dan makan telur selama seminggu, kadang orang tersebut berada pada kondisi "tanpa pilihan" lagi.

Akhir kata, saya sebagai warga Indonesia merasa adalah suatu hal yang baik bila Bapak pemimpin negara melakukan refleksi dan melakukannya dengan upaya membenahi diri, bangsa dan negara serta membagikan pelajaran kepada calon penggantinya. Bagi saya, frase yang menjadi judul buku tersebut "Selalu ada Pilihan" adalah sebuah perspektif dan Bapak Presiden hanya salah seorang figur yang pernah memberi makna pada frase tersebut sementara kenyataan selalu ada pilihan adalah realita yang lain di dunia yang luas ini.

1 komentar:

ir jonath mengatakan...

salut buat irene...blog share-nya menarik sekali.untuk content ini pun,menarik untuk dibaca.mungkin beberapa tulisan saja,perlu editing lagi.karena ada penambahan huruf,yg jadi membingungkan..
maju trus bt irene...
God bless..

Posting Komentar