Pages

Selasa, 21 Januari 2014

13 tips mengendarai mobil melewati banjir

Bagi Anda yang terjebak di lokasi banjir, pasti gawat banget kan kalau mobil tiba-tiba mati mendadak. Apalagi pengendara wanita dan sedang sendiri.


Off roader nasional Julian Johan punya beberapa tips
1. Nyetir di tempat banjir ngga perlu ngebut. Kenapa? Untuk menghindari cipratan berlebih di ruangan mesin yang berpotensi bikin mogok.

2. Nerjang banjir paling aman pakai gigi 1 (mobil matic pindah ke L atau 1) karena beban mobiil yang lebih berat saat menerjang banjir.

3. Ngga perlu resah urusan knalpot kemasukan air. Kenapa? Karena knalpot ngga akan bisa masuk air selama mesin tetap menyala.


4. Daripada knalpot, yang harus diperhatikan justru filter udara di ruang mesin. Bagian ini lebih rentan bikin mogok saat banjir.

5. Perlahan saat melintas karena filter udara yang kemasukan air (cipratan dari menerjang banjir) bisa bikin mogok.

6. Jika memungkinkan, hindari berhenti di tengah banjir karena saat mobil berhenti, permukaan air di ruang mesin akan naik.

7. Pada dasarnya, mobil bertenaga diesel akan lebih aman saat menerjang banjir dibanding bensin karena diesel lebih bersifat "waterproof".

8. Kenapa tidak boleh terlalu digas ketika melewati banjir? karena filter udara semakin kuat menyedot udara dan makin berpotensi menghisap air.

9. Selalu siaga dan cermat. Tanpa disadari, yang membuat monil kita mogok justru terjangan ombak air berlebih dari mobil sekitar.

10. Setelah melewati genangan, jangan langsung mengebut. Cukup berbahaya karena kondisi rem masih sangat licin.

11. Cara mengeringkan rem setelah melalui genangan adalah dengan melakukan rem kecil berulang hingga terasa "menggigit" kembali.

12. Untuk mobil manual, usahakan menghindari menginjak kopling saat berada di genangan banjir. Mengapa? Menginjak kopling di genangan banjir membuat air masuk ke transmisi dan berpotensi merusak transmisi karena oli bercampur dengan air.

13. Jika belum familiar dengan jalan yang dilewati, usahakan jangan melintas terlalu ke sisi karena mungkin saja ada selokan.

Semoga bermanfaat

Senin, 20 Januari 2014

Selalu ada Pilihan - buku oleh SBY

Buku oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjudul "Selalu ada Pilihan" diluncurkan pada hari Jumat (17/1/14) di Jakarta. Bercerita mengenai refleksi beliau sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, buku setebal 824 halaman ini dinyatakan bukan buku teks, bukan analisis kritis yang ilmiah, bukan memoar politik atau otobografi meski ditulis oleh sang presiden sendiri, dan juga tidak berisi kiat memenangi pemilihan presiden.


Wakil Pemimpin Umum Kompas St Sularto yang mewakili Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama menganggap kenyataan buku yang diluncurkan ketika menjabat adalah membanggakan karena menjadi incumbent (petahana) yang menulis sendiri yang dilakukan sehingga diharapkan bermanfaat untuk pembelajaran, berbagi pengalaman bagi penggantinya.

Satu hal yang menarik adalah pernyataan Bapak Presiden "Saya berpandangan hidup ini adalah pilihan. Ingin jadi apa adalah pilihan masing-masing. Puncak kebebasan adalah memilih." Bagian pertama bahwa hidup ini adalah pilihan tidak dapat saya terima sepenuhnya, karena pada banyak kesempatan, meski seseorang memilih, kenyataan yang berlangsung tidak seperti pilihan yang sudah dipilih.

Menurut saya, yang benar dikatakan adalah bahwa hidup dipenuhi dengan pilihan-pilihan dan adalah hak serta kewajiban kita untuk memilih dari pilihan yang ada. Satu pilihan membawa kita pada pilihan lainnya dan begitu seterusnya hingga saat kita tak lagi punya pilihan, seperti efek bola salju yang akhirnya menghantam sesuatu.

Frase kedua "puncak kebebasan adalah memilih" agak sulit diterima bagi mereka yang "tak punya pilihan". Bila seseorang dalam kondisi miskin dan "tak punya pilihan" makan ayam atau tempe, maka saya jadi berpikir "apakah orang tersebut tidak berada puncak kebebasan" atau "apakah puncak kebebasan ini pernah dialami semua orang?" Pemikiran yang membawa pada beragam pemikiran lainnya. Tentu saja dalam kasus ini pun, orang miskin tersebut bisa memilih antara tempe, tahu, telur, dan lain sebagainya asal budget setara. Meski bila menghadapi pilihan membayar biaya keperluan sekolah anak dan makan telur selama seminggu, kadang orang tersebut berada pada kondisi "tanpa pilihan" lagi.

Akhir kata, saya sebagai warga Indonesia merasa adalah suatu hal yang baik bila Bapak pemimpin negara melakukan refleksi dan melakukannya dengan upaya membenahi diri, bangsa dan negara serta membagikan pelajaran kepada calon penggantinya. Bagi saya, frase yang menjadi judul buku tersebut "Selalu ada Pilihan" adalah sebuah perspektif dan Bapak Presiden hanya salah seorang figur yang pernah memberi makna pada frase tersebut sementara kenyataan selalu ada pilihan adalah realita yang lain di dunia yang luas ini.