1. Popok dengan sistem peringatan dini kesehatan,
membuat orang tua mewaspadai adanya potensi infeksi sebelum berlanjut menjadi
gangguan kesehatan yang parah. Infeksi saluran kemih dialami sekitar 8% bayi,
terutama perempuan dan sulit dideteksi secara dini serta baru diketahui ketika
muncul gejala lanjutan seperti demam.
Terinspirasi oleh anak perempuan mereka
yang berusia setahun, pasangan Jennie Rubinshteyn dan Yaroslav Faybishenko
menyadari popok tidak hanya penuh dengan air seni tapi juga data. Untuk dapat
memperbanyak produksi, pasangan ini membutuhkan dana sebesar S225.000 atau
sekitar Rp 2.2 miliar dan persetujuan federal. Mereka mendirikan
PixieScientific dan bekerja sama dengan tim dari University of California, San
Fransisco untuk melakukan tes medis terhadap produk ini agar regulator
menyetujui penemuan mereka. Pihak dari Pixie menyatakan bahwa produk tersebut
sudah mendapat persetujuan dari US Food and Drug Administration.
Untuk menambah dana, mereka juga perlu
meyakinkan investor potensial yang mereka lakukan melalui situs pendanaan
IndieGogoto. Harga popok pintar ini akan lebih mahal tiga kali lipat dibanding
popok biasa, sekitar US$90 dan akan dijual secara bebas pada Maret 2014.
TweetPee dapat mengukur tingkat kelembapan
popok bayi dalam bentuk burung Twitter biru yang lucu. TweetPee cukup
ditempelkan ke popok bayi dan jika bayi ngompol, informasi akan dikirim kea kun
Twitter Anda atau mengirimkan SMS ke aplikasi khusus TweetPee pada perangkat
iOS. Aplikasi ini juga dapat memberitahu stok popok yang dimiliki dan langsung
terintegrasi dengan toko ritel online yang menjual popok Huggies untuk
mempermudah para orang tua membeli secara online.
3. Popok pintar dengan sensor organik yang
memungkinkan orangtua mengetahui jika popok bayi perlu diganti. Sensor organik
yang sedang dikembangkan sebuah rim dari University of Tokyo ini dicetak dengan
teknologi inkjet sehingga menghasilkan sebuah sirkuit terpadu yang fleksibel.
Sensor organik ini mampu mengirimkan informasi dan menerima dara secara
nirkabel. Hal yang menarik dari sensor tersebut adalah bahan yang tergolong
murah dan dapat diterapkan di dunia medis seperti ditanam dalam kulit unruk
memantau tekanan darah atau kadar oksigen dalam darah.
4. Popok dengan sensor lain untuk memonitor popok
yang sudah basah dilaporkan dikembangkan Ritsumeikan University di Jepang.
Sensor ini diselipkan pada popok yang sudah ada dan diciptakan lebih untuk
orang tua yang memang sudah tidak bisa mengontrol masalah air seni serta lebih
dikhususkan untuk pemakaian di rumah sakit. Sensor akan mengirim sinyal ke
lokasi yang sudah ditentukan untuk memberitahu bahwa sudah saatnya ganti popok.
Kehebatan sensor ini adalah baterai lithium yang diisi ulang dari reaksi kimia
air seni. Tekhnologi hamper serupa dimiliki baterai NoPoPo yang mengambil
tenaga dari air seni.
Referensi
http://www.otakku.com/2009/11/27/sensor-di-popok-untuk-memberitahu-bila-saatnya-popok-harus-diganti/